Promo

Senin, 18 Mei 2015

Ayat Al-Qur'an tentang Kesederhanaan


A.   Surah Al-Furqan ayat 67
1.     Lafal dan Terjemahannya
 وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَمًا
Artinya: “ Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar” (Q.S Al-Furqan/25: 67).
2.      Isi Kandungan Surah Al-Furqan ayat 67
Isi kandungan Surah Al-Furqan ayat 67 dijelaskan bahwa orang-orang yang dikasihi oleh Allah swt. adalah orang yang:
a. tidak terlalu boros dalam mengeluarkan infak,
b. mengatur antara pengeluaran dan pengeluaran sesuai kebutuhan,
c. Tidak membiarkan keluarga mereka dalam kelaparan,
d. Menurunkan hak-hak keluarga mereka,
e. adil terhadap keluarga mereka,
f. tidak boros (berlebihan) dan tidak kikir.
B.     Surah Al-Isra’ ayat 26-27
1.    Lafal dan Terjemahannya
 وَاٰتِ ذَالْقُرْبٰى حَقَّهُ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَاتُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا (26) اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْآ اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهِ كَفُوْرًا (27)
Artinya:
26) “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghamburhamburkan
(hartamu) secara boros.
27) “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan
itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isrä’/17: 26-27)

2.      Isi Kandungan
a. Kandungan ayat 26
 Ayat ini berisi perintah Allah agar kita memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan. Kata wa äti dalam bahasa Arab berarti pemberian sempurna. Maksud pemberian sempurna di sini tidak hanya memberikan materi melainkan juga hal-hal yang bersifat imaterial, seperti kasih sayang, rasa aman, dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud keluarga dekat dalam ayat ini adalah keluarga yang masih terdapat hubungan darah atau karena adanya ikatan perkawinan. Realistis yang ada pada masa sekarang ini perolehan rezeki antara kerabat keluarga dilihat dari kuantitasnya. Dengan adanya perbedaan perolehan rezeki inilah yang melatarbelakangi ajaran dalam ayat ini.
Sedangkan yang dimaksud dengan ibnu sabil dalam ayat ini adalah orang-orang yang meninggalkan kampung halaman atau keluarganya demi kebaikan. Adapun
fakir miskin yang dimaksud adalah orang yang hidupnya kekurangan sehingga tidak ada lagi harta yang mereka miliki. Di akhir ayat ini menjelaskan tentang larangan Allah bagi kaum muslimin membelanjakan harta secara boros. Pemborosan dalam ayat ini, tersirat pada kata
tabzir, dipahami oleh para ulama sebagai pengeluaran harta yang bukan pada jalur kebaikan.
b. Kandungan ayat 27
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa para pemboros adalah saudara setan. Kata ikhwan, adalah bentuk jamak dari kata akhun yang biasa diterjemahkan saudara. Secara etimologi, kata ini pada mulanya berarti persamaan atau keserasian. Ayat ini seolah-olah menegaskan bahwa seorang pemboros dapat disamakan dengan setan dalam hal keserasian akan sifat-sifat yang mereka miliki.
Penambahan kata känu mengisyaratkan kemantapan persamaan dan persaudaraan itu. Selain itu, kata kafür pada ayat tersebut berarti sebuah bentuk penyifatan setan yang dimiripkan dengan pemboros tersebut. Karena sikap boros dalam membelanjakan harta dapat mengantarkannya menjadi ingkar terhadap Allah. Di sinilah terjadi pengaruh setan terhadap sang pemboros. Orang yang memiliki sifat pemboros tersebut di akhirat kelak akan berkumpul dengan setan di neraka. Mereka akan mendapatkan azab atau siksaan yang
sangat pedih.
C.     Surah Al-Isra’ ayat 29-30
1.      Lafal dan Terjemahan
  وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً اِلٰى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَحْسُوْرًا (29) اِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيَقْدِرُ اِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرً بَصِيْرًا (30)
Artinya:
29) “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah
(pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela
dan menyesal.
30) Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan
membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui,
Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Al-Isrä’/17: 29-30)



2.     Isi Kandungan
Allah swt. dalam ayat 29 menjelaskan cara-cara yang baik dalam membelanjakan harta, yaitu Allah swt. melarang orang menjadikan tangannya terbelenggu pada leher. Ungkapan ini adalah lazim dipergunakan oleh orang-orang Arab, yang berarti larangan berlaku bakhil. Allah melarang orang-orang yang bakhil, sehingga enggan memberikan harta kepada orang lain, walaupun sedikit. Sebaliknya, Allah juga melarang orang yang terlalu mengulurkan tangan, ungkapan serupa ini berarti melarang orang yang berlaku boros membelanjakan harta, sehingga belanja yang dihamburkannya melebihi kemampuan yang dimilikinya.
Berdasarkan ayat ini dapat dipahami bahwa cara yang baik dalam membelanjakan harta ialah membelanjakannya dengan cara yang layak dan wajar, tidak terlalu bakhil dan tidak terlalu boros.
Kemudian, dalam ayat 30 Allah swt. menghibur Rasul-Nya dan kaum muslimin bahwa keadaan mereka tidak mampu itu hanyalah bersifat sementara. Sifat itu bukanlah hina di hadapan Allah, akan tetapi semata-mata karena kehendak Allah yang memberi dan mengatur rezeki. Allah swt. menjelaskan bahwa Dia-lah yang melapangkan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-Nya, dan Dia pulalah yang menyempitkannya.
D.    Surah Al-Qasas Ayat 79-82
1.      Lafal dan Terjemahan
 فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهِ فِيْ زِيْنَتِهِ قَالَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا يٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ قَارُوْنُ اِنَّهُ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ (79) وَقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَيْلُكُمْ ثَوَابُ اللهِ خَيْرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقّٰهَآ اِلَّا الصّٰبِرُوْنَ (80) فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْاَرْضَ فَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ (81) وَاَصْبَحَ الَّذِ يْنَ تَمَنُّوْا مَكَانَهُ بِالْاَمْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَاَنَّ اللهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلَآ اَنْ مَّنَّ اللهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَاَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ (82)
Artinya:
79) “Maka keluarlah (Qarun) kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia: “Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah
diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya Dia benarbenar mempunyai keberuntungan yang besar”.
80) Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata: “Celakalah kamu! ketahuilah pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar”.
81) Maka Kami benamkan (Qarun) beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan ia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.
82) Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu, berkata: “Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi sipapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)”. (Q.S. Al-QaÃaÃ/28: 79-82)
2.      Isi Kandungan
Pada ayat 79 ini Allah swt. menerangkan, bahwa pada suatu hari Qarun keluar ke tengah-tengah kaumnya dengan pakaian yang megah dan perhiasan yang berlebih-lebihan, dalam suatu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk mempertontonkan ketinggian dan kebesarannya kepada manusia. Yang demikian itu adalah sifat yang amat tercela, kebanggaan yang terkutuk, bagi orang yang berakal dan berpikiran sehat. Hal itu menyebabkan kaumnya terbagi dua. Orang-orang yang mementingkan kehidupan duniawi berharap semoga kiranya dapat juga memiliki sebagaimana yang dimiliki Qarun, yaitu harta yang bertumpuk-tumpuk dan kekayaan yang berlebih-lebihan. Menurut mereka yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar.
Pada ayat 80, orang-orang yang berilmu dan berpikiran waras menganggap bahwa cara berpikir orang-orang yang termasuk golongan pertama tadi sangat keliru dan dianggapnya satu bencana besar dan kerugian yang nyata, karena mereka lebih mementingkan kehidupan dunia yang fana dari kehidupan akhirat yang kekal abadi itu. Golongan kedua berpendapat bahwa pahala di sisi Allah bagi orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya serta beramal saleh, jauh lebih baik dari harta golongan pertama yang bertumpuk-tumpuk itu, karena apa yang di sisi Allah kekal abadi, sedang apa yang dimiliki manusia akan lenyap dan musnah.
Kemudian, pada ayat 81 Allah swt. menerangkan akibat kesombongan dan keangkuhan Qarun. Ia beserta rumahnya dan segala kemegahan dan kekayaannya dibenamkan ke dalam bumi. Tak ada yang dapat menolongnya dari azab Allah itu, baik perorangan maupun golongan secara bersama-sama. Ia sendiri tidak dapat membela dirinya.

Pada ayat 82 Allah swt. menerangkan bahwa orang-orang yang tadinya bercitacita mempunyai kedudukan dan tempat terhormat seperti yang pernah dimiliki Qarun, dengan seketika mereka mengurungkan cita-cita mereka setelah menyaksikan azab yang ditimpakan kepada Qarun, yaitu dibenamkan bersama segala kekayaan yang ada padanya ke dalam bumi dan tak seorangpun yang dapat menolongnya. Mereka menyadari bahwa banyaknya harta benda dan kesenangan menikmati kehidupan duniawi yang serba mewah, tidak menunjukkan keridaan Allah swt. bagi pemiliknya. Allah memberi kepada yang dikehendaki, dan tidak memberi kepada yang tidak dikehendaki. Allah meninggikan orang yang dikehendaki dan merendahkannya. Kesemuanya itu adalah berdasarkan kebijaksanaan Allah dan ketetapan yang telah digariskan-Nya.

Tidak ada komentar: