Promo

Senin, 09 Oktober 2017

     SURAH AL-ISRA' AYAT 26-27

   Surah Al-Isra’ ayat 26-27
1.    Lafal dan Terjemahannya
 وَاٰتِ ذَالْقُرْبٰى حَقَّهُ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَاتُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا (26) اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْآ اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهِ كَفُوْرًا (27)
Artinya:
26) “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghamburhamburkan
(hartamu) secara boros.
27) “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan
itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isrä’/17: 26-27)

2.      Isi Kandungan
a. Kandungan ayat 26
 Ayat ini berisi perintah Allah agar kita memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan. Kata wa äti dalam bahasa Arab berarti pemberian sempurna. Maksud pemberian sempurna di sini tidak hanya memberikan materi melainkan juga hal-hal yang bersifat imaterial, seperti kasih sayang, rasa aman, dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud keluarga dekat dalam ayat ini adalah keluarga yang masih terdapat hubungan darah atau karena adanya ikatan perkawinan. Realistis yang ada pada masa sekarang ini perolehan rezeki antara kerabat keluarga dilihat dari kuantitasnya. Dengan adanya perbedaan perolehan rezeki inilah yang melatarbelakangi ajaran dalam ayat ini.
Sedangkan yang dimaksud dengan ibnu sabil dalam ayat ini adalah orang-orang yang meninggalkan kampung halaman atau keluarganya demi kebaikan. Adapun
fakir miskin yang dimaksud adalah orang yang hidupnya kekurangan sehingga tidak ada lagi harta yang mereka miliki. Di akhir ayat ini menjelaskan tentang larangan Allah bagi kaum muslimin membelanjakan harta secara boros. Pemborosan dalam ayat ini, tersirat pada kata
tabzir, dipahami oleh para ulama sebagai pengeluaran harta yang bukan pada jalur kebaikan.
b. Kandungan ayat 27
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa para pemboros adalah saudara setan. Kata ikhwan, adalah bentuk jamak dari kata akhun yang biasa diterjemahkan saudara. Secara etimologi, kata ini pada mulanya berarti persamaan atau keserasian. Ayat ini seolah-olah menegaskan bahwa seorang pemboros dapat disamakan dengan setan dalam hal keserasian akan sifat-sifat yang mereka miliki.
Penambahan kata känu mengisyaratkan kemantapan persamaan dan persaudaraan itu. Selain itu, kata kafür pada ayat tersebut berarti sebuah bentuk penyifatan setan yang dimiripkan dengan pemboros tersebut. Karena sikap boros dalam membelanjakan harta dapat mengantarkannya menjadi ingkar terhadap Allah. Di sinilah terjadi pengaruh setan terhadap sang pemboros. Orang yang memiliki sifat pemboros tersebut di akhirat kelak akan berkumpul dengan setan di neraka. Mereka akan mendapatkan azab atau siksaan yang

sangat pedih.

Kamis, 05 Oktober 2017

Contoh Khotbah Pertama dan Kedua

Khotbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. 
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى 
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَة.


Khotbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا} 
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}. 
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. 
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.

Rabu, 04 Oktober 2017

TATA CARA ORANG SAKIT



Salat merupakan ibadah yang wajib bagi umat Islam. Baik itu yang umat Islam yang sehat atau sakit. Selama akal dan pikiran masih normal. Kewajiban melakukan salat juga berlaku bagi orang yang sedang sakit. Orang yang sakit memiliki beberapa keutamaan yang tidak dipunyai oleh orang sehat. Maka dari itulah Allah swt. tetap memerintahkan agar seseorang untuk tetap melaksanakan salat. Sebab salat merupakan saluran kita dalam berkomunikasi kepada Allah swt. Keutamaan yang dimiliki oleh orang sakit dibandingkan orang yang sehat antara lain, orang yang sakit dikabulkan doanya oleh Allah swt. Hadis Nabi Muhammad saw.
"Jika kamu datang mengunjungi orang yang sedang sakit, maka mintalah ia berdoa untukmu, karena doanya seperti doa malaikat (yakni besar dikabulkan)", demikian bunyi hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Umar r.a.

Cara melaksanakan salat jika dalam keadaan sakit adalah dengan duduk dan berbaring. Ketentuan salat dengan duduk dijelaskan sebagai berikut. Syarat salat dengan duduk, antara lain:
1.   menghadap kiblat
2.   berniat salat fardhu sambil duduk
3.   Takbiratul ihram
4.   membaca doa iftitah,
5.   membaca surat al-fatikhah dan salah satu surat dalam Al-Qur'an
6.   rukuk dengan meletakkkan tangan di lutut(dengan menundukkan kepala)
7.    i’tidal dengan mengangkat kedua tangan(dengan kepala ditegakkan)
8.   sujud dengan cara membungkukkan kepala dan badan
9.    duduk tahiyat awal atau akhir dilakukan semampunya
10.    salat diakhiri salam dengan menolehkan wajah ke kanan dan ke kiri.



Selasa, 03 Oktober 2017

SALAT SUNAH RAWATIB


Allah swt. menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Az-Zariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa jin dan manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Salah satu ibadah yang wajib dikerjakan oleh tiap muslim adalah salat. Salat dibedakan menjadi dua, yaitu zalat wajib dan sunah. Penulis dalam pembahasan ini akan membahas tentang Salat Sunah Rawatib. 



Salat sunnah rawatib adalah salat sunah yang mengiringi atau mengikuti salat fardu. Salat sunnah rawatib terbagi menjadi dua macam yaitu salat sunnah rawatib muakkad (dianjurkan) dan gairu muakkad (anjurannya biasa saja). Salat sunah rawatib yang dikerjakan sebelum salat fardu disebut salat sunah qabliyah, sedangkan salat sunah rawatib yang dikerjakan sesudah salat fardu disebut salat sunah rawatib ba'diyah. Tujuan salat sunah rawatib adalah menambah atau menyempurnakan kekurangan yang mungkin terdapat pada salat fardu.
Berikut ini jumlah rakaat salat sunah rawatib.
1.   Salat sunah rawatib muakkad jumlahnya 10 rakaat, yang terdiri dari:
a.   2 rakaat qabliyah Subuh,
b.   2 rakaat qabliyah Zuhur,
c.   2 rakaat ba’diyah Zuhur,
d.   2 rakaat ba’diyah Magrib,
e.   2 rakaat ba’diyah Isya’.
2.   Salat sunah rawatib gairu muakkad jumlahnya 14 rakaat, yang terdiri dari:
a.   4 rakaat qabliyah Zuhur,
b.   4 rakaat ba’diyah Zuhur,
c.   4 rakaat qabliyah Asar,
d.   2 rakaat qabliyah Magrib,
e.   2 rakaat qabliyah Isya’.
Keutamaan mengerjakan salat sunah rawatib, antara lain:
1.   Menyempurnakan salat fardu.
Ketika kita mengerjakan salat fardu kemungkinan belum sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, mengerjakan salat sunah rawatib akan menyempurnakan dan menambah kekurangan yang terdapat dalam salat fardu.
2.   Akan dicintai Allah swt.
Orang yang selalu mengerjakan salat sunah rawatib akan dicintai Allah swt. Ia selalu mengerjakan salat sunah rawatib hanya untuk mengharap rida Allah swt.
3.   Menambah kebaikan/pahala
Mengerjakan salat sunah rawatib akan menambah kebaikan dan pahala. Selain pahala mengerjakan salat fardu, mengerjakan salat sunah rawatib akan menambah pahala juga bagi yang mengerjakan.
4.   Terhindar dari siksa api neraka
Amalan yang pertama kali dihisab di akhirat nanti adalah salat. Oleh karena itu, jika salatnya baik, tidak pernah bolong, dan selalu mengerjakan salat sunah rawatib, maka dia akan terhindar dari siksa api neraka.
5.   Doa yang kita panjatkan cepat dikabulkan oleh Allah swt.
Setiap doa yang kita panjatkan kepada Allah swt. pasti akan terkabul. Namun, kita tidak tahu kapan akan dikabulkannya. Dengan melaksanakan salat sunah rawatib doa yang kita panjatkan akan cepat dikabulkan oleh Allah swt.
6.   Mengandung beberapa hikmah yang tidak terkandung pada ibadah-ibadah sunah yang lain
Ibadah salat merupakan salah satu cara kita berhubungan langsung dengan Allah swt. Melaksanakan salat sunah rawatib selain keutamaan yang disebutkan di atas juga mengandung hikmah yang tidak ada pada ibadah-ibadah lain.